Jumat, 27 Juli 2012

seratus tahun turut mencerdaskan bangsa






bulan Juni kemarin Sekolah Dasar (SD) tempat aku menuntut ilmu dulu genap berusia 100 tahun. meski tanggal berdirinya kurang diketahui, tetapi menurut data di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, SD tersebut berdiri pada bulan Juni tahun 1912.

kebetulan SD tersebut berada di samping rumahku, sehingga meskipun aku sudah lama lulus dari SD tersebut, aku masih tetap tahu perkembangan SD tersebut. 


sekilas tentang Sekolah Dasarku.....

awal mulanya, SD tersebut bernama SD Negeri Jangli I A, B tetapi seiring dengan banyaknya siswa didik yang bersekolah disitu, maka kemudian dibukalah 1 kelas lagi sehingga kemudian berganti nama menjadi SD Negeri Jangli I ABC yang lebih terkenal dengan sebutan SD Kecap (karena sesuai dengan merk kecap :D). 
Seiring dengan pemekaran wilayah di kota Semarang, maka nama SD Kecap yang cukup lama disandang itupun akhirnya berubah menjadi SD Negeri Karanganyar Gunung 05, 06, 07, namun hanya beberapa tahun saja kemudian SD itupun berganti nama kembali menjadi SD Negeri Karanganyar Gunung 02, 03 hingga sekarang (hampir 2 tahun).

sewaktu aku masih menjadi siswa didik di SD itu, alhamdulillah di kelas 5 aku sempat menjadi ranking 1-nya dan alhamdulillah pula aku pernah diikutsertakan di ajang Pemilihan Pelajar Teladan Tingkat SD se-kota Semarang meskipun tidak mendapat nomor :( , selain itu pula... aku dan beberapa siswa yang lain juga diikutsertakan di lomba 5 mata pelajaran (IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia) se-rayon dan juga semua tidak mendapatkan nomor :(.

Meskipun kami sama sekali tidak mendapatkan nomor, tetapi itu cukup membuat aku (dan juga teman-teman yang lain tentunya) cukup bangga karena sudah bisa mewakili sekolahan di lomba mata pelajaran.
selain lomba mata pelajaran , aku juga pernah diikutkan lomba olah raga volley dan kasti antar sekolah. Kalau yang ini alhamdulillah kami mendapatkan juara 2 :)
lumayan lah..... bisa mengobati rasa capeknya :p

saat aku masih menjadi siswa juga, tiap hari sabtu selalu ada acara bebas tetapi untuk beberapa siswa yang ditunjuk harus mengikuti latihan karawitan (gamelan) karena memang kebetulan di sekolahku mempunyai alat-alat gamelan komplit dan tak jarang pula setiap seminggu sekali guru-guru dari sekolah dasar tetangga berlatih menabuh gamelan di sekolahku.

tetapi seiring dengan majunya jaman, gamelan tersebut sudah tidak ada lagi di SD itu, nggak tahu dikemanakan gamelan tersebut.
sayang juga yaaa.... aset budaya Jawa yang seharusnya diajarkan kepada para generasi muda justru malah dihilangkan :(

balik ke perayaan Seabad...


acara pentas seni 100 tahun itu dihadiri oleh beberapa undangan, diantaranya para mantan guru yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, beberapa tetangga sekitar dan juga beberapa mantan orang tua / wali murid.

sayangnya, ibuku yang mendapat undangan tidak dapat hadir karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggal, padahal sebetulnya beliau pengen banget dateng karena kebetulan keponakanku yang no.2 (Didit) ikut meramaikan pentas seni tersebut di acara rebana.
kebetulan sudah beberapa tahun belakangan ini di SD tersebut ada kegiatan rebana dan 3 tahun lalu grup rebananya sempat menjadi no. 1...

berikut beberapa foto yang berhasil aku jepret di acara pentas seni tersebut...














ini para tamu undangan.....

















jajaran para guru......









































aneka hadiah untuk para juara dan juga doorprice bagi yang beruntung ....



















 
setiap tahun menjelang hari kemedekaan RI, SD Jangli ini selalu mengadakan acara jalan santai mengelilingi kampung yang dilanjutkan dengan kerja bakti.

 









sejak beberapa tahun yang lalu, SD Jangli ini mempunya kegiatan di luar jam pelajaran, yaitu rebana.
pada awalnya, grup rebana SD Jangli ini cukup bagus dan berhasil meraih juara di lomba antar DABIN, tapi setelah berganti pemain dan tidak adanya guru pembimbing juga pelatih, grup rebana ini mengalami kemunduran.

meskipun tidak sebagus di jamannya, grup rebana ini selalu menunjukkan aksinya setiap ada acara di sekolah seperti berikut ini...



 



















berhubung area sekolah ini cukup luas, maka setiap tahun pada hari lebaran Iedul Fitri, halaman sekolah ini selalu menjadi tempat parkir bagi warga sekitar yang mempunyai kerabat di luar kota.
lumayan yaaaaa... :) 



Jumat, 20 Juli 2012

solo ... never ending...






SOLO... sebuah kota di wilayah Jawa Tengah yang terkenal dengan budaya Jawa,  masyarakatnya yang sopan santun serta kulinernya yang tiada terkira macamnya...

 
bersyukur sekali kedua orang tuaku dulu dibesarkan di kota Solo yang sarat dengan kulinernya yang terkenal enak-enak, sehingga sedikit banyak aku bisa mengerti dan kadang juga merasakan makanan-makanan tempoe doeloe jaman kedua orang tuaku dan tak jarang pula beberapa bulan sekali dalam setahun kami sekeluarga juga berkunjung ke kota Solo, sekedar mengunjungi saudara bahkan menengok rumah peninggalan bude (kakaknya ibu) dulu dan beruntung pula, dulu masa kecil dan remaja Ibunda dihabiskan di daerah Kalitan, sehingga dulu aku sering berkunjung ke rumah kakek dan nenek di daerah Kalitan serta tak jarang pula kami selaku anak, menantu dan cucunya sering mendengar kisah Ibunda tentang Kalitan jaman dulu.  Tapi sayangnya, sudah sekian tahun keluarga kami di Kalitan diharuskan pergi dari daerah Kalitan, jadi sekarang sudah tidak ada lagi rumah tua di Kalitan dan tak ada kenangan yang tersisa tentang Kalitan karena dulu waktu pindahan dari rumah Kalitan aku masih kecil (SD).

bulan Mei lalu, kami sekeluarga mengantar ibu untuk ziarah ke makam kakek nenek serta buyutnya yang sudah lama sekali tidak beliau lakukan, mengingat keterbatasan waktu dan usia ibuku.
berhubung makam yang kami datangi di 2 tempat, maka kami memutuskan untuk menginap di rumah saudara (kebetulan rumah keluarga yang di Solo adalah rumah kosong yang jarang dibersihkan) , jadi kami menginap di rumah saudara dari ayahku.

untuk urusan kuliner... Solo memang TOP banget deh... 
nggak makanan / masakan yang nggak enak di Solo ini.
untuk makan malamnya, ibunda pengen mengajak kami semua makan bersama di GALABO (Gladak Langen Bogan),  sebuah area kuliner Solo lengkap yang terletak di pasar Gladak dan hanya buka setiap malam aja, sehingga kami bisa memilih menu makanan sesuai dengan selera kami.


berikut beberapa foto yang tersimpan selama di Solo, tpai berhubung aku yang motret, jadi aku nggak ada, kasihan yaaa... hiiikksss  :(




Zaza & Ochid



Zaza & Ochid, dua keponakanku yang seusia, cuma beda beberapa bulan aja usia mereka.
sedangkan yang di bawah ini Ochid dan Didit, nggak tau lagi ngapain :)



 
Ochid & Didit

  
kalau yang di bawah ini... sama-sama berbadan gede cuma beda warna kulit aja, heheheee....



Ochid & abang Udin
Ochid & abang Udin


 



Anhar & bude Na (mbak Tatik)



Ochid
 


mbak Tatik, Nisa, mas Sigit & mbak Etik

ibunda & mbak Tatik






saat makan malam ini... ibundaku memilih menu sate kere, sedangkan kakak sepupuku (mbak Tatik, mas Sigit dan mbak Etik) memilih makan malam dengan nasi rawon, keponakanku Nissa makan dengan pecel ndeso, kakakku dan suaminya (tidak ikut kejepret) makan dengan sate kambing, sedangkan ke-3 keponakanku (Zaza, Ochid dan Didit) lebih memilih nasi goreng.
aku sendiri ??? selalu setia dengan sate buntel dooooong...... :D

rasanya tak ada bosannya untuk selalu kembali ke Solo lagi.
memang Solo never die deeeeh........ :)
I love Solo....   :)



Kamis, 19 Juli 2012

'ndeso' ku



ayahku berasal dari sebuah desa di daerah Boyolali tetapi bersekolah di Solo dan bekerja di Semarang hingga bertemu dan menikah dengan ibuku.
karena lahir dan berayahkan seorang lurah di desa, maka pada saat akan meninggal pun beliau minta jika kelak beliau meninggal, maka beliau dimakamkan di desa, di sebuah pemakaman umum yang tak jauh dari rumah kakek nenek (sekarang menjadi rumah keluarga) kami berkumpul kembali bersama kedua orang tua, kakak, adik beserta para keponakannya.

dulu sewaktu aku masih kecil, setiap lebaran aku selalu mudik ke Boyolali, tapi setelah besar dan jalanan mulai ramai dan macet, tradisi mudik itu jarang sekali kami lakukan, paling-paling jika ada waktu luang aja.
tetapi sejak ayahku meninggal dunia hampir 6 tahun yang lalu, setiap lebaran ke-2 kami (aku dan kakak) selalu pulang mudik ke Boyolali untuk ziarah ke makam ayah dan bersilaturahim dengan kerabat karena memang sejak dulu di keluarga besar ayahku diberlakukan untuk silaturahim (halal bihalal) dan ziarah kubur setiap lebaran ke-2.
 namun sudah 2x lebaran aku tidak pernah pulang ke Boyolali karena pertama dulu mobilnya masih rusak (untuk sewa mobil di hari lebaran udah nggak bisa) dan yang berikutnya disebabkan karena adanya perbedaan pelaksanaan hari raya (sholat Ied) di Indonesia yang sangat mencolok sekali.
sedih juga sih rasanya waktu itu, tapi mau apalagi..... :( 

ngomongin soal kampung halaman ayahku... rumah kakek nenekku yang kini menjadi rumah pesanggrahan bagi kami keluarga besar terletak di sebuah desa yang sangat desa sekali :( di daerah Klego, sumber Agung Boyolali.
waktu aku masih kecil, di desa itu belum ada air, jadi penggunaan air untuk keperluan sehari-hari berasal dari air sumur. jika kami bermalam di desa, tak jarang kami mandinya mengungsi hingga ke rumah saudara kami di Solo, kasihan banget ya.... :(
tetapi kini sejak tanteku menjadi lurah di desa tersebut, air dari sumur sudah bisa dialirkan melalui pipa pralon ke kamar mandi danyang sangat menyedihkan... hingga saat ini listriknya belum ada alias masih belum bisa melihat TV maupun mendengarkan radio.


seperti di bawah ini, sumur yang kami punya.
untuk keperluan memasak, air harus diangkut ke dapur dengan memakai pikulan atau orang Jawa bilang 'ngangsu.'
biasanya jika kami ada acara di desa, banyak tetangga yang dimintai tolong untuk memasak juga mengisi air kamar mandi dan menurut bapak yang mengisi air ini, sumur kami ini sering diambil airnya jika ada warga / tetangga sekitar rumah yang lagi punya kerja karena airnya banyak...


























untuk memasak pun juga masih sangat sederhana yaitu dengan menggunakan tunggu karena tidak ada kompor :D
tetapi jika lebaran, salah satu tante yang ditunjuk membawa kompor gas dari rumahnya di Solo untuk memasak supaya cepat.










jika pulang kampung, yang paling dikeluhkan oleh kami semua yang sudah lama tinggal di kota adalah masalah minum.
bagi orang desa, minuman mereka sehari-hari adalah teh hangat, sedangkan bagi kami air es merupakan air minum kami sehari-hari, makanya setiap kali mudik, kakakku selalu membeli es batu untuk dibawa ke desa supaya tetap segaaaarrrr meskipun seharian berada di desa :D

banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil jika berada di antara keluarga besar ayahku ini, salah satu diantaranya yaitu  sifat rendah hati.
yaaaa... tidak semua keluarga besar kami hidupnya kaya raya, ada juga yang masih tinggal di desa, sehingga meskipun kami tinggal di kota, setiap kali kami pulang ke desa, kami akan tetap menjadi orang desa, tidak ada pangkat ataupun gelar akademis yang melekat pada nama kami,  semua sama dari desa, dari orang tua yang hidupnya berkecukupan..... 

alhamdulillah di keluarga besar ini kami semua beragama Islam karena alhamdulillah juga nenek kami adalah seorang Hajjah dan juga beberapa paman, bibi dan juga kakak sepupu sudah menunaikan ibadah haji,  jadi kami saling mengingatkan untuk beribadah satu sama lain.
saat berkumpul bersama, tidak tua, muda maupun laki dan perempuan, semua ngakak dan saling meledek, tetapi jika sudah tiba waktunya sholat, kami akan bubar dengan sendirinya untuk menuju ke masjid (kebetulan rumah keluarga berada persis di depan masjid) dan jika telah selesai sholat, maka candaan pun akan dilanjutkan kembali.
seru banget deh pokoknya..... :D


seperti ini suasana di rumah pesanggrahanku di desa jika kami berkumpul.....







































tante dan adik sepupu


sepupu dan keponakanku ingin juga merasakan menimba air  ...  :D














berhubung acara kami di desa beberapa waktu lalu adalah peresmian makam (pemasangan batu nisan) sekaligus dengan nyadran, maka berikut beberapa pose di pemakaman...




























kalau ini adalah pusara ayahku yang baru saja dipasang batu nisan bersamaan dengan bude dan paman serta sepupu yang lain.....

















rasanya seneng banget deh jika berada di desa...
nyaman dan tenang, jauh dari hiruk pikuk dan polusi..... :)