Rabu, 05 April 2017

kawah sikidang & telaga warna ~ dieng




Dieng Plateau merupakan sebuah dataran tinggi terindah di pulau Jawa yang terletak pada ketinggian 2.000 mdpl yangi mendapat julukan sebagai Negeri Para Dewa ini memiliki lebih dari 21 tempat wisata alam, diantaranya adalah telaga, kawah, candi, padang savana, mata air, puncak gunung hingga golden sunrise.
wisata alamnya yang asri dan alami dengan nuansa pegunungan ini sesuai bagi kita yang ingin beristirahat melepas penat dari rutinitas yang selama ini kita kerjakan.



Dataran tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo , letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng memiliki ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.

Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa) , maka Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.

Dataran tinggi Dieng  adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger , seesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya.
terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya , kondisi ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979 , tidak hanya gas beracun tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor, dan banjir.
selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.

Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.

kawah aktif di Dieng merupakan kepundan bagi aktivitas vulkanik di bawah dataran tinggi ,  pemantauan aktivitas dilakukan oleh PVMBG melalui Pos Pengamatan Dieng di Kecamatan Karangtengah


Puncak-puncak
  Gunung Sumbing (3.387 m)
 Gunung Sindoro (3.150 m)
 Gunung Prahu (2.565 m)
 Gunung Pakuwaja (2.595 m)
Gunung Sikunir (2.463 m), tempat wisata, dekat Sembungan


Dieng memiliki iklim hangat dan sedang. Hujan sering terjadi di wilayah Dieng, bahkan di musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi iklim Köppen, Dieng masuk dalam golongan Cfb. Rata-rata suhu tahunan di Dieng adalah 14.0 °C.



berikut adalah kawah-kawah aktif yang dipantau:
Candradimuka
Sibanteng
Siglagah
Sikendang, berpotensi gas beracun
Sikidang
Sileri
Sinila, berpotensi gas beracun
Timbang, berpotensi gas beracun
Kawah Sibanteng

Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik pada bulan Januari 2009 (15/1) , menyebabkan kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2 km, merusak hutan milik Perhutani di sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung Kali Putih, anak Sungai Serayu.
Kawah Sibanteng pernah pula meletus pada bulan Juli 2003.

Sikidang adalah kawah di dataran tinggi Dieng (DTD) yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa).

Kawah Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (berdasarkan catatan: tahun 1944, 1964, 1984, Juli 2003, dan September 2009). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga celah kawah baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.

Kawah Sinila terletak di antara Desa Batur, Desa Sumberejo, dan Desa Pekasiran, Kecamatan Batur. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, tepatnya 20 Februari 1979. Gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian ke luar rumah, namun mereka terperangkap gas racun yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan Sinila. Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.

Kawah Timbang adalah kawah yang terletak di dekat Sinila dan beraktivitas sedang. Meskipun kurang aktif, kawah ini merupakan sumber gas CO2 berkonsentrasi tinggi yang memakan ratusan korban pada tahun 1979. Kawah ini terakhir tercatat mengalami kenaikan aktivitas pada bulan Mei 2011 dengan menyemburkan asap putih setinggi 20 meter, mengeluarkan CO2 dalam konsentrasi melebihi ambang aman (1.000 ppm, konsentrasi normal di udara mendekati 400 ppm) dan memunculkan gempa vulkanik. Pada tanggal 31 Mei 2011 pagi, kawah ini kembali melepaskan gas CO2 hingga mencapai 1% v/v (100.000 ppm) disertai dengan gempa tremor. Akibatnya semua aktivitas dalam radius 1 km dilarang dan warga Dusun Simbar dan Dusun Serang diungsikan .










danau vulkanik diantaranya :

Telaga Dringo pada tahun 1937
 Telaga Warna, objek wisata dengan tempat persemadian di dekatnya
 Telaga Cebong, dekat desa wisata Sembungan
 Telaga Merdada
 Telaga Pengilon
 Telaga Dringo
 Telaga Nila

















di dalam area Telaga Warna, kita dapat menjumpai beberapa bangunan bersejarah yang sayang keterangannya sudah banyak yang hilang atau tidak terawat.
seperti yang nampak dalam foto berikut ini....



























sayangnya Dieng yang terkenal itu menurut aku kurang terpelihara dengan baik.
banyak bangunan / tulisan yang sudah hilang sehingga kita agak susah untuk mengetahui penjelasannya.
seandainya obyek wisata yang ada terutama di daerah Jawa Tengah dipelihara dengan baik terutama masalah kebersihannya, pasti akan lebih banyak lagi wisatawan yang akan berkunjung ke Jawa Tengah, namun semua itu tidak bisa kita serahkan begitu saja kepada pemerintah daerah dan penduduk terkait tetapi harus dari kita sebagai pengunjung yang harus sadar untuk menjaga dan melestarikan kekayaan pariwisata Jawa Tengah khususnya.

tulisan ini sengaja aku ikut sertakan di ajang Lomba Blog Legenda Pariwisata Jawa Tengah 2017 yang diselengarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah karena hanya melalui media inilah kita dapat memberikan aspirasi kita untuk memperbaiki dan memperkenalkan obyek wisata yang ada di Jawa Tengah.



sumber :
wikipedia dan dari berbagai sumber


^^





Tidak ada komentar:

Posting Komentar