ayahku berasal dari sebuah desa di daerah Boyolali tetapi bersekolah di Solo dan bekerja di Semarang hingga bertemu dan menikah dengan ibuku.
karena lahir dan berayahkan seorang lurah di desa, maka pada saat akan meninggal pun beliau minta jika kelak beliau meninggal, maka beliau dimakamkan di desa, di sebuah pemakaman umum yang tak jauh dari rumah kakek nenek (sekarang menjadi rumah keluarga) kami berkumpul kembali bersama kedua orang tua, kakak, adik beserta para keponakannya.
dulu sewaktu aku masih kecil, setiap lebaran aku selalu mudik ke Boyolali, tapi setelah besar dan jalanan mulai ramai dan macet, tradisi mudik itu jarang sekali kami lakukan, paling-paling jika ada waktu luang aja.
tetapi sejak ayahku meninggal dunia hampir 6 tahun yang lalu, setiap lebaran ke-2 kami (aku dan kakak) selalu pulang mudik ke Boyolali untuk ziarah ke makam ayah dan bersilaturahim dengan kerabat karena memang sejak dulu di keluarga besar ayahku diberlakukan untuk silaturahim (halal bihalal) dan ziarah kubur setiap lebaran ke-2.
namun sudah 2x lebaran aku tidak pernah pulang ke Boyolali karena pertama dulu mobilnya masih rusak (untuk sewa mobil di hari lebaran udah nggak bisa) dan yang berikutnya disebabkan karena adanya perbedaan pelaksanaan hari raya (sholat Ied) di Indonesia yang sangat mencolok sekali.
sedih juga sih rasanya waktu itu, tapi mau apalagi..... :(
ngomongin soal kampung halaman ayahku... rumah kakek nenekku yang kini menjadi rumah pesanggrahan bagi kami keluarga besar terletak di sebuah desa yang sangat desa sekali :( di daerah Klego, sumber Agung Boyolali.
waktu aku masih kecil, di desa itu belum ada air, jadi penggunaan air untuk keperluan sehari-hari berasal dari air sumur. jika kami bermalam di desa, tak jarang kami mandinya mengungsi hingga ke rumah saudara kami di Solo, kasihan banget ya.... :(
tetapi kini sejak tanteku menjadi lurah di desa tersebut, air dari sumur sudah bisa dialirkan melalui pipa pralon ke kamar mandi danyang sangat menyedihkan... hingga saat ini listriknya belum ada alias masih belum bisa melihat TV maupun mendengarkan radio.
seperti di bawah ini, sumur yang kami punya.
untuk keperluan memasak, air harus diangkut ke dapur dengan memakai pikulan atau orang Jawa bilang 'ngangsu.'
biasanya jika kami ada acara di desa, banyak tetangga yang dimintai tolong untuk memasak juga mengisi air kamar mandi dan menurut bapak yang mengisi air ini, sumur kami ini sering diambil airnya jika ada warga / tetangga sekitar rumah yang lagi punya kerja karena airnya banyak...
untuk memasak pun juga masih sangat sederhana yaitu dengan menggunakan tunggu karena tidak ada kompor :D
tetapi jika lebaran, salah satu tante yang ditunjuk membawa kompor gas dari rumahnya di Solo untuk memasak supaya cepat.
jika pulang kampung, yang paling dikeluhkan oleh kami semua yang sudah lama tinggal di kota adalah masalah minum.
bagi orang desa, minuman mereka sehari-hari adalah teh hangat, sedangkan bagi kami air es merupakan air minum kami sehari-hari, makanya setiap kali mudik, kakakku selalu membeli es batu untuk dibawa ke desa supaya tetap segaaaarrrr meskipun seharian berada di desa :D
banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil jika berada di antara keluarga besar ayahku ini, salah satu diantaranya yaitu sifat rendah hati.
yaaaa... tidak semua keluarga besar kami hidupnya kaya raya, ada juga yang masih tinggal di desa, sehingga meskipun kami tinggal di kota, setiap kali kami pulang ke desa, kami akan tetap menjadi orang desa, tidak ada pangkat ataupun gelar akademis yang melekat pada nama kami, semua sama dari desa, dari orang tua yang hidupnya berkecukupan.....
alhamdulillah di keluarga besar ini kami semua beragama Islam karena alhamdulillah juga nenek kami adalah seorang Hajjah dan juga beberapa paman, bibi dan juga kakak sepupu sudah menunaikan ibadah haji, jadi kami saling mengingatkan untuk beribadah satu sama lain.
saat berkumpul bersama, tidak tua, muda maupun laki dan perempuan, semua ngakak dan saling meledek, tetapi jika sudah tiba waktunya sholat, kami akan bubar dengan sendirinya untuk menuju ke masjid (kebetulan rumah keluarga berada persis di depan masjid) dan jika telah selesai sholat, maka candaan pun akan dilanjutkan kembali.
seru banget deh pokoknya..... :D
seperti ini suasana di rumah pesanggrahanku di desa jika kami berkumpul.....
tante dan adik sepupu |
sepupu dan keponakanku ingin juga merasakan menimba air ... :D
berhubung acara kami di desa beberapa waktu lalu adalah peresmian makam (pemasangan batu nisan) sekaligus dengan nyadran, maka berikut beberapa pose di pemakaman...
kalau ini adalah pusara ayahku yang baru saja dipasang batu nisan bersamaan dengan bude dan paman serta sepupu yang lain.....
rasanya seneng banget deh jika berada di desa...
nyaman dan tenang, jauh dari hiruk pikuk dan polusi..... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar